Rabu, 12 Desember 2012

Pengertian Bimbingan dan Konseling


PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Definisi Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan dan konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
Dengan membandingkan pengertian tentang bimbingan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.



2. Definisi Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).
Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.
Pengertian Bimbingan dan Konseling.
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

3. Latar Belakang Bimbingan dan Konseling
            Keberadaan manusia di masyarakat termasuk peserta didik baik secara perseorangan maupun secara kelompok terlihat gejala yang mendasar, yakni:
a)      Terdapat persamaan dan perbedaan antar individu
b)      Setiap orang memerlukan orang lain,
c)      Hidup manusia mengikuti aturan-aturan tertentu,
d)     Hidup itu tidak hanya di dunia tetapi juga menjangkau kehidupan akhirat.
Gejala yang mendasar ini dapat dirumuskan sebagai dimensi kemanusiaan, yang mencakup Dimensi Keindividualan (Individualitas), Dimensi Kesosialan (Sosialitas), Dimensi Kesusilaan (Moralitas), dan Dimensi Keberagaman (Religiusitas) (Prayitno, 1990).
Selayaknya manusia menunjukan suatu keutuhan. Manusia seutuhnya selayaknya mencerminkan kualitas manusia sebagai mahkluk yang paling tinggi derajatnya serta berkembangya secara optimal keempat dimensi tersebut. Manusia seutuhnya adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan bagi lingkunganya berkat pengembangan secara optimal segenap potensi yang ada pada dirinya (Dimensi Keindividualan), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosialnya (Dimensi Kesosialan), sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (Dimensi Kesusilaan), dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggung jawaban atas segenap aspek kehidupanya di dunia terhadap kehidupan di akhirat kelak (Dimensi Keberagamaan).
Tetapi kenyataan yang sering dijumpai adalah keadaan pribadi yang kurang berkembang dan rapuh, kesosialan yang panas dan sangar, kesusilaan yang rendah dan keimanan serta ketakwaan yang dangkal. Sehubungan dengan itu dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh anak-anak, para remaja dan pemuda yang menyangkut keempat dimensi kemanusiaan mereka. Potensi-potensi yang ada pada diri mereka tidak dapat berkembang secara optimal.
Untuk itulah diperlukan suatu layanan bantuan professional yang dapat membantu seseorang untuk memehami karakteristik, potensi tugas-tugas perkembangan  dan membantu mereka untuk memahaminya secara objektif. Yakni layanan Bimbingan dan Konseling.

0 komentar:

Posting Komentar